Diposkan oleh ayouk91
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup, yang sampai saat ini masih
tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan sampah. Banyak
sekali sampah yang diproduksi masyarakat baik yang organik maupun anorganik. Sampah
anorganik lebih sering berwarna, berasa dan berbau, namun potensial menimbulkan bahaya
kesehatan.
Dalam hal sampah, di mana gangguan bau yang menusuk dan pemandangan
(keindahan/kebersihan) sangat menarik perhatian panca indera kita. Begitu dominannya
gangguan bau dan pemandangan dari sampah inilah yang telah mengalihkan kita dari bahaya
racun dari sampah yang lebih mengancam kelangsungan hidup manusia. Sifat racun sintetis yang
tidak berbau dan berwarna, dan dampak kesehatannya yang berjangka panjang (seperti kanker,
kerusakan saraf, gangguan reproduksi dan lain-lain), membuat racun tersebut lepas dari perhatian
kita.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini antara lain, yaitu:
1. Sebagai bahan kajian para mahasiswa mengenai dampak pencemaran smpah terhadap
lingkungan.
2. Sebagai cara untuk mencari berbagai cara untuk menanggulangi dampak pencemaran sampahi.
3. Sebagai metode pengumpulan data tentang pencemaran lingkungan.
C. Ruang Lingkup
Makalah ini membahas mengenai pencemaran oleh sampah, mulai dari pengertian sampah itu
sendiri, bagian-bagian sampah, dampaknya bagi kehidupan, dan cara menanggulangi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sampah
Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga. Jika mendengar istilah sampah, pasti yang
terlintas adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma bau busuk yang sangat menyengat.
Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak lagi diinginkan setelah berakhirnya suatu
proses. Sampah adalah zat kimia, energi atau makhluk hidup yang tidak mempunyai nilai guna
dan cenderung merusak. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam
tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak (wikipedia).
Sampah juga dapat diartikan oleh Ecolink (1996 dalam Milyandra, 2009), suatu bahan yang
terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum
memiliki nilai ekonomis.
Berangkat dari pandangan tersebut sehingga sampah dapat dirumuskan sebagai bahan sisa dari
kehidupan sehari-hari masyarakat. Sampah yang harus dikelola tersebut meliputi sampah yang
dihasilkan dari:
1. Kegiatan rumah tangga: memasak, mandi, cuci, kakus, septic tank.
2. Kegiatan komersial: pusat perdagangan, pasar, pertokoan, hotel, restoran, tempat hiburan.
3. Fasilitas sosial: rumah ibadah, asrama, rumah sakit, klinik, puskesmas.
4. Fasilitas umum: terminal, pelabuhan, bandara, halte kendaraan umum, taman, jalan.
5. Industri: limbah hasil produksi.
6. Hasil pembersihan saluran terbuka umum, seperti sungai, danau, pantai.
B. Bagian-bagian Sampah
Menurut Pasymi, yang dikutip dari web litbang hamit (2008), sampah dapat berada pada setiap
fase materi yitu fase padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yaitu cair dan gas,
terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Bila
sampah masuk ke dalam lingkungan (ke air, ke udara dan ke tanah) maka kualitas lingkungan
akan menurun. Peristiwa masuknya sampah ke lingkungan inilah yang dikenal sebagai peristiwa
pencemaran lingkungan.
Berdasarkan sumbernya sampah terbagi menjadi sampah alam, sampah manusia, sampah
konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah pertambangan.
Berdasar sifatnya sampah juga dapat dibagi menjadi:
1. Sampah oganik atau sampah yang dapat diurai (degradable).
Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam
atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah
diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik.
2. Sampah anorganik atau sampah yang tidak terurai (undegradable).
Sampah anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi,
atau dari proses industri. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh
alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah
jenis ini pada tingkat rumah tangga adalah gelas, kaleng, plastik, dan lain-lain.
C. Dampak Sampah bagi Manusia dan Lingkungan
Sudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan akibat perindustrian maupun rumah tangga
sangat merugikan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kegiatan
perindustrian dan teknologi diharapkan kualitas kehidupan dapat lebih ditingkatkan, namun
seringkali peningkatan teknologi juga menyebabkan dampak negatif yang tidak sedikit.
Dampak bagi kesehatan, lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan
sampah yang tidak terkondisi) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan
menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (dapat
juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misal jamur kulit).
3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu
penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita. Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam
pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
4. Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat
mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah
yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
Dampak bagi lingkungan, cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai
akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies
akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan. Penguraian sampah yang
dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana.
Selain berbau kurang sedap, gas dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
Dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi, pengaruh sampah dalam hal keadaan sosial dan
ekonomi adalah sebagi berikut:
1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk.
2. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan: kurangnya minat wisata ke tempat yang
kotor.
3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan
masyarakat. Hal ini terkait meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang
sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
4. Pembuangan sampah padat ke air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak
bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
Selain dampak yang telah disebutkan di atas, secara tidak langsung sampah yang menumpuk
akan berpengaruh pada perubahan iklim akibat adanya kenaikan temperatur bumi atau yang lebih
dikenal dengan istilah pemanasan global. Seperti yang telah kita ketahui, pemanasan global
terjadi akibat adanya peningkatan gas-gas rumah kaca seperti uap air, karbondioksida (CO2),
metana (CH4), dan dinitrooksida (N2O). (web litbang hamit, 2008).
Dari tumpukan sampah ini akan dihasilkan gas karbondioksida (CO2) dan metana (CH4) yang
sangat banyak. Gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan pun tidak hanya berasal dari
penumpukan sampah-sampah saja, tetapi juga berasal dari pembakaran-pembakaran sampah
plastik yang dilakukan oleh manusia. Contahnya seorang pemulung membakar sampah plastik
untuk lebih memudahkan memilih sampah-sampah yang tidak bisa dibakar seperti besi. Padahal
dengan pembakaran ini akan sangat merugikan terutama bagi kesehatan masyarakat disekitar
tempat pembakaran. Besarnya gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran tentu
saja akan semakin meningkatkan temperatur di permukaan bumi ini. selain itu abu dari sisa
pembakaran sampah akan menimbulkan gangguan pernafasan pada masyarakat sekitar.
D. Usaha Pengendalian Sampah
Prinsip-prinsip Produksi Bersih adalah prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam keseharian,
misalnya, dengan menerapkan Prinsip 4R, yaitu:
1. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita
pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang
dihasilkan.
2. Re-use (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai embali.
Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum barang tersebut menjadi sampah.
3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa
didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-
formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Teknologi
daur ulang, khususnya bagi sampah plastik, sampah kaca, dan sampah logam, merupakan suatu
jawaban atas upaya memaksimalkan material setelah menjadi sampah, untuk dikembalikan lagi
dalam siklus daur ulang material tersebut.
4. Replace (Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang
hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya
memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita
dnegan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini
tidak bisa didegradasi secara alami.
5. Respect (Menghargai); rasa menghargai dan cinta pada alam tempat kita menggantungkan
hidup kita sangat penting untuk ditumbuhkan. Rasa menghargai yang tumbuh dalam diri kita
akan memunculkan sikap bijaksana terhadap alam.
Selain itu, untuk melaksanakan penanganan yang berkelanjutan, saat ini mulai dikembangkan
penggunaan pupuk organik yang diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia yang
dari segi harga juga mahal. Penggunaan kompos telah terbukti mampu mempertahankan kualitas
unsur hara tanah, meningkatkan waktu air dalam tanah, serta mampu memelihara
mikroorganisme alami tanah yang ikut berperan dalam proses penyerapan humus oleh tanaman.
Penggunaan kompos sebagai produk pengolahan sampah organik juga harus diikuti dengan
kebijakan dan strategi yang mendukung. Pemberian insentif bagi para petani yang hendak
mengaplikasikan pertanian organik dengan menggunakan pupuk kompos, akan mendorong
petani lainnya untuk menjalankan sistem pertanian organik. Kelangkaan dan makin
membubungnya harga pupuk kimia saat ini, seharusnya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah
untuk mengembangkan sistem pertanian organik.